Bukan bermaksud melepas tanggung-jawabku sebagai suami, dan melupakan kewajibanku memberikan nafkah demi kebahagiaan istri dan anak-anakku. Namun kenyataan berkata lain aku menyadari sudah hampir 8 tahun ini justru aku yang menjadi beban istriku. Penyakit yang tak kunjung sembuh menjadi hambatanku untuk kembali mencari nafkah sekedar menambah ekonomi keluaga yang semakin pas-pasan. Kini istriku yang harus berjuang bekerja memenuhi keperluan ekonomi keluarga sehari-hari termasuk biaya pengobatanku untuk pemeriksaan rutin ke rumah-sakit.
Terimakasih istriku, kau ternyata sangat tawakal dan sabar menghadapi cobaan ini, cobaan yang sangat berat jika diukur demi kebutuhan hidup di dunia ini. Semangatmu untuk memenuhi segala keperluan dilakukan tanpa hentinya, segala macam pekerjaan telah kau geluti. Dengan kondisi ini aku hanya bisa mendukung dan memberi saran yang terbaik.
Ingin rasanya aku melepas beban ini dan kembali ikut memberikan andil ekonomiku, apalagi bila mengingat biaya pendidikan anak-anak yang semakin mencekik leher. Aku masih sedikit bersyukur dari sisa hasil penjualan rumahku di Cimahi masih bisa sedikit bernafas lega, terutama untuk biaya pendidikan anak-anak yang sebentar lagi akan memasuki bangku kuliah di perguruan tinggi. "Ya lumayan lah pikirku.." sekedar uang panjer ke PTS dulu, sementara SMUPTN sebentar lagi akan berlangsung namun anak-anakku sudah memilih dan masuk dahulu jurusannya masing-masing.
Kasihan istriku, ia harus berjuang sendirian sampai harus mengorbankan meninggalkan suami dan anak-anak demi pekerjaannya di luar kota. Di wajahnya tersirat rasa kangen yang tersimpan selama seminggu, untungnya komunikasi via telepon genggamnya tidak pernah putus, setiap hari selalu berusaha untuk saling menghubungi sekedar, say 'hello".
Tiba giliranku menjemputnya ke terminal Leuwi Panjang turun dari bis yang membawanya pulang dari Bekasi, sekedar menumpahkan rasa kangenku. Kadangkala istriku membawa keluhan untuk saling curhat dan kami diskusikan, masalah temen-temen atau masalah pekerjaannya, terkadang aku sedikit sedih ketika mendengar masalah jauhnnya dari keluarga, panasnya cuaca atau mengkhawatirkan kondisiku yang sakit dan bahkan untuk kembali cari pekerjaan di Bandung, namun semuanya aku hilangkan dan memberinya semangat untuk terus berjalan, toh pikirku keinginannya untuk ke luar kota muncul dari tekadnya sendiri. Memang awal-awalnya aku sedikit keberatan karena belum jelasnya pekerjaan dan prospek yang akan dijalaninya, tetapi setelah dia punya kans yang bagus dan tanggung jawab yang diberikan atasannya hal itu tidak memberatkannku bahkan aku harus ikut mendorongnya dan memberikan semangatnya untuk tetap dapat bertahan. Biarlah, pikirku. Anak-anak sudah besar dan mengerti kesulitan orangtuanya dan ternyata anak-anak menerimanya baik-baik saja.
Akhirnya setelah lima bulan berjalan, kesabaran istriku membuahkan hasil, kebahagiaan mulai muncul seiring diangkatnya istriku menjadi Kepala Cabang Restoran Sunda di Bekasi, tentunya ini proses yang cepat mengingat tanggung jawab tersebut cukup berat bagi seorang yang baru terjun di bidang restoran. Untungnya istriku sudah hafal benar urusan tersebut, tidak percuma kalau selama ini pernah bekerja di dunia perhotelan. Administrasi, pemasaran dan sales, urusan dapur, makanan dan minuman bahkan seluk beluk ketenagakerjaan sudah dikuasainya jadi tentunya sudah tidak kaget lagi dalam menghadapi hal tersebut dalam urusan restoran. Dengan berjalannya waktu fasilitas demi fasilitaspun diberikan, mulai dari rumah kontrakan, motor, dan keperluan lain bisa dinikmati istriku, mudah-mudahan dengan fasilitas tersebut semakin membuat istriku bisa betah dan bertahan pada pekerjaannya dan tidak membuatnya berubah pikiran untuk mundur secara tiba-tiba dan memutuskan kembali ke Bandung.
Aku bangga pada istriku dan aku merasa mendapat kebahagiaan kalau istriku dapat menunjukan kemampuannya dalam mengendalikan semua masalahnya. Kau adalah cahaya dalam keluargaku, aku dan anak-anakmu selalu menyayangimu.
Ya Allah, tunjukanlah istriku jalan yang Engkau ridhoi, jauhkanlah dari segala cobaan dan godaan syetan di dunia ini, berilah dia kebahagiaan, berilah dia kesehatan dan kekuatan dalam menjalani pekerjaan ini. Limpahkanlah rahmat dan karuniaMu, mudahkanlah rezekinya dan senantiasa selalu bersyukur kepadaMu.Ya Rabb.
Terimakasih istriku, kau ternyata sangat tawakal dan sabar menghadapi cobaan ini, cobaan yang sangat berat jika diukur demi kebutuhan hidup di dunia ini. Semangatmu untuk memenuhi segala keperluan dilakukan tanpa hentinya, segala macam pekerjaan telah kau geluti. Dengan kondisi ini aku hanya bisa mendukung dan memberi saran yang terbaik.
Ingin rasanya aku melepas beban ini dan kembali ikut memberikan andil ekonomiku, apalagi bila mengingat biaya pendidikan anak-anak yang semakin mencekik leher. Aku masih sedikit bersyukur dari sisa hasil penjualan rumahku di Cimahi masih bisa sedikit bernafas lega, terutama untuk biaya pendidikan anak-anak yang sebentar lagi akan memasuki bangku kuliah di perguruan tinggi. "Ya lumayan lah pikirku.." sekedar uang panjer ke PTS dulu, sementara SMUPTN sebentar lagi akan berlangsung namun anak-anakku sudah memilih dan masuk dahulu jurusannya masing-masing.
Kasihan istriku, ia harus berjuang sendirian sampai harus mengorbankan meninggalkan suami dan anak-anak demi pekerjaannya di luar kota. Di wajahnya tersirat rasa kangen yang tersimpan selama seminggu, untungnya komunikasi via telepon genggamnya tidak pernah putus, setiap hari selalu berusaha untuk saling menghubungi sekedar, say 'hello".
Tiba giliranku menjemputnya ke terminal Leuwi Panjang turun dari bis yang membawanya pulang dari Bekasi, sekedar menumpahkan rasa kangenku. Kadangkala istriku membawa keluhan untuk saling curhat dan kami diskusikan, masalah temen-temen atau masalah pekerjaannya, terkadang aku sedikit sedih ketika mendengar masalah jauhnnya dari keluarga, panasnya cuaca atau mengkhawatirkan kondisiku yang sakit dan bahkan untuk kembali cari pekerjaan di Bandung, namun semuanya aku hilangkan dan memberinya semangat untuk terus berjalan, toh pikirku keinginannya untuk ke luar kota muncul dari tekadnya sendiri. Memang awal-awalnya aku sedikit keberatan karena belum jelasnya pekerjaan dan prospek yang akan dijalaninya, tetapi setelah dia punya kans yang bagus dan tanggung jawab yang diberikan atasannya hal itu tidak memberatkannku bahkan aku harus ikut mendorongnya dan memberikan semangatnya untuk tetap dapat bertahan. Biarlah, pikirku. Anak-anak sudah besar dan mengerti kesulitan orangtuanya dan ternyata anak-anak menerimanya baik-baik saja.
Akhirnya setelah lima bulan berjalan, kesabaran istriku membuahkan hasil, kebahagiaan mulai muncul seiring diangkatnya istriku menjadi Kepala Cabang Restoran Sunda di Bekasi, tentunya ini proses yang cepat mengingat tanggung jawab tersebut cukup berat bagi seorang yang baru terjun di bidang restoran. Untungnya istriku sudah hafal benar urusan tersebut, tidak percuma kalau selama ini pernah bekerja di dunia perhotelan. Administrasi, pemasaran dan sales, urusan dapur, makanan dan minuman bahkan seluk beluk ketenagakerjaan sudah dikuasainya jadi tentunya sudah tidak kaget lagi dalam menghadapi hal tersebut dalam urusan restoran. Dengan berjalannya waktu fasilitas demi fasilitaspun diberikan, mulai dari rumah kontrakan, motor, dan keperluan lain bisa dinikmati istriku, mudah-mudahan dengan fasilitas tersebut semakin membuat istriku bisa betah dan bertahan pada pekerjaannya dan tidak membuatnya berubah pikiran untuk mundur secara tiba-tiba dan memutuskan kembali ke Bandung.
Aku bangga pada istriku dan aku merasa mendapat kebahagiaan kalau istriku dapat menunjukan kemampuannya dalam mengendalikan semua masalahnya. Kau adalah cahaya dalam keluargaku, aku dan anak-anakmu selalu menyayangimu.
Ya Allah, tunjukanlah istriku jalan yang Engkau ridhoi, jauhkanlah dari segala cobaan dan godaan syetan di dunia ini, berilah dia kebahagiaan, berilah dia kesehatan dan kekuatan dalam menjalani pekerjaan ini. Limpahkanlah rahmat dan karuniaMu, mudahkanlah rezekinya dan senantiasa selalu bersyukur kepadaMu.Ya Rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar